Senin, 14 Juni 2010

Hidup merupakan sebuah pilihan dan pilihan itu bukanlah sesuatu yang gampang kita putuskan. Bukan hitam putih yang telah jelas perbedaannya namun sesulit apapun itu hidup terus bergulir merayap menyapu tiap sendi-sendi kehidupan ini. Adakah sebuah keajaiban di penghujung harapan?

Wahai udara yang terus mengalir menemani paru-paru sungguh aku bimbang dalam menimbang semua ini. hati terus meronta meneriakkan keinginan mendamba yang akan datang dan mengisinya dengan berbagai perasaan dan itu sungguh aku rasakan nyata dan terasa lebih dekat sehingga akan terwujud jika bersamany,namun perasaan yang menggebu-gebu ini terasa surut.

Mengapa perasaan ini sungguh sulit ku padamkan. Hatiku menjerit meminta keadilan namun aku harus menepisnya menjadi sosok yang munafik yang takut mengakui kebenaran sungguh perih perasaanku. Bagaimana aku akan meneteskan air mata untuk seseorang yang belum ku miliki dan bagaimana aku menyatakan semua gundah ini jika ia sungguh jauh dari pelupuk hati apalagi sebuah rangkaian kata dari sang bunda yang tiap kali muncul kepermukaan dan memenuhi udara bagai menyusun tiap bata merah yang akan membentuk sebuah tembok yang tebal, yang memberi jarak antara aku dan mimpiku.

Betapa aku terkurung dalam semua nestapa yang entah sejak kapan aku rasakan namun ia benar-benar terasa tak berujung dan aku sesak terkunci rapat pada sebuah sangkar yang membelenggu hatiku untuk bebas lepas mengepakkan sayap-sayapnya apakah angin tak merasakan pilunya diri ini? Apakah mentari tak merasakan dinginnya hatiku? Apakah semua tak mengerti aku? Bagai hidup dalam dunia yang disana hanya ada aku dan semua ketertutupan dalam mengekspresikan jiwa.

Jika hitam tetaplah hitam tak boleh dan tak bisa aku menorehkan warna selain hitam. Apakah aku harus menyerah? Menerima semua ini sebagai takdir bak bunga yang belum mekar namun telah layu. Aku hanya manusia biasa yang penuh bimbang jika angin menuntunku kesana akupun akan melangkah seiring angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar